Jakarta, 11 Oktober 2025 — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka versi 2025 yang menekankan penguatan literasi digital, kreativitas, dan pembentukan karakter pelajar Pancasila. Kurikulum ini mulai diterapkan secara bertahap di seluruh satuan pendidikan mulai tahun ajaran 2026/2027.
Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim, menjelaskan bahwa pembaruan kurikulum ini merupakan bagian dari upaya menyesuaikan sistem pendidikan Indonesia dengan tantangan era digital dan perubahan kebutuhan dunia kerja.
“Kita ingin memastikan bahwa setiap anak Indonesia tidak hanya mampu membaca dan berhitung, tetapi juga berpikir kritis, kreatif, dan berkarakter. Kurikulum Merdeka 2025 dirancang agar pembelajaran lebih relevan dengan kehidupan nyata dan kemajuan teknologi,” ujar Nadiem saat peluncuran di Jakarta, Jumat (11/10).
Dalam kurikulum baru ini, porsi mata pelajaran teknologi dan kewirausahaan ditingkatkan, sementara beban administrasi guru akan dikurangi melalui sistem pelaporan digital yang lebih efisien.
Kemendikbudristek juga menggandeng sejumlah perusahaan teknologi dan universitas untuk mendukung program pelatihan guru terkait pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran berbasis proyek.
“Guru adalah kunci keberhasilan implementasi kurikulum. Karena itu, kami memastikan mereka mendapatkan dukungan penuh, baik pelatihan maupun infrastruktur digital,” tambah Nadiem.
Sementara itu, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Prof. Unifah Rosyidi, menyambut baik kebijakan ini namun menekankan pentingnya pemerataan akses.
“Kurikulum ini sangat bagus, tapi jangan sampai sekolah-sekolah di daerah tertinggal kesulitan menerapkannya karena keterbatasan fasilitas dan koneksi internet,” ujarnya.
Pemerintah menargetkan 100 persen sekolah di Indonesia dapat mengakses platform digital pembelajaran nasional pada tahun 2027, sebagai bagian dari transformasi pendidikan jangka panjang.